Senyuman yang tulus, yah senyuman itu mungkin takkan pernah Andri lupakan. Senyuman dari seorang seorang perawat cantik di suatu sore di sebuah pelataran Rumah sakit. Dengan kedua tangannya yang terampil, sang perawat tadi mendorong perlahan sebuah kursi roda yang di duduki oleh seorang pemuda. Dari sorot matanya pemuda tersebut terlihat sangat kelehanan. Seseorang yang sekilas terlihat tidak pantas untuk duduk di kursi seperti itu. Dengan sebelah tangan memegangi dada, pemuda itu pun terus melaju dengan bantuan seorang perawat di belakangnya menuju ruang IGD.
Dialah Andri, seorang pemuda dengan perawakan agak kurus dan kulit yang berwarna sawo matang. Andri adalah sebuah potret realitas dari seseorang yang di vonis oleh dokter menderita penyakit serangan jantung. Andri tidak sendirian, di luar sana, masih banyak andri-andri yang lain yang terenggut kesehatannya oleh sebuah penyakit yang sangat mematikan, yaitu serangan jantung. Penyakit yang bisa menyerang siapa saja dan kapan saja.
Siapa Andri
Andri kecil, tumbuh dan berkembang dalam sebuah keluarga yang biasa saja, baik secara ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Andri adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Ayahnya hanyalah seorang buruh garap di sebuah ladang milik majikannya, sedangkan ibunya hanyalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Tak banyak yang bisa dilakukan Andri di desa tempat masa kecilnya dia habiskan. Begitupun dalam hal pendidikan, andri hanyalah tamatan smp, karena keluarga sudah tidak mampu membiayai biaya pendidikan Andri di sekolah menengah atas. Kondisi ini terus menyulut hati Andri kecil untuk bisa merubah kondisi ekonomi keluarga, hingga akhirnya dia memutuskan untuk hijrah ke jakarta untuk meraih kehidupan yang lebih layak.
Andri Yang Sebatang Kara
Tak banyak yang bisa lakukan di negeri seberang dengan kemampuan hanya lulusan SMP, setiba di Jakarta, Andri pun hanya mempunyai seorang kerabat yang sama-sama berasal dari desa yang sudah terlebih dahulu hijrah ke Jakarta. Deni adalah tumpuan Andri dalam mengarungi ketatnya persaingan di Jakarta. Deni bernasib lebih baik dari Andri, 2 tahun hijrah ke Jakarta, Deni sudah mempunyai pekerjaan yang bisa menghidupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, termasuk biaya kost yang menjadi pengeluaran utama bagi seorang perantau. Deni pun mengajak Andri untuk tinggal di tempat kost-nya, sambil terus mengupayakan untuk mencoba mencarikan pekerjaan di jakarta bagi Andri.
Ibarat pepatah, beda barang beda peti, beda orang beda hati. Begitu pun Andri dan Deni, Deni yang sedikit lebih tua dibandingkan andri selalu sabar terus mengupayakan Andri supaya bisa mendapatkan pekerjaan walaupun itu tak kunjung tiba. Andri yang sudah habis kesabarannya, memutuskan untuk pergi dan mencari pekerjaan sendiri di Jakarta, keputusan ini tentu sangat mengkahwatirkan bagi Deni, yang menyarankan Andri untuk tetap bersabar dan terus berusaha. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ucapan Deni tak di hiraukan oleh Andri seiring langkah kaki Andri meninggalkan tempat kost Deni pada suatu malam
--- BERSAMBUNG ---
Bagi pembaca yang masih membutuhkan informasi lebih lanjut tentang penyakit jantung atau penyakit kronis lainnya, silakan datang langsung ke Rumah Sakit Komplementer "Canon Medicinae Indonesia" di Jalan Tubagus Ismail no. 21 Dago Bandung VII Jawa Barat - INDONESIA Telepon: +62 - (022) 253-1000 / Fax. (022) 251-6663 / HP: +62 - 0812.2023.2009 (Ginjal) / +62 - 0878.9537.5000 (Diabetes Mellitus) / +62 - 0856.9518.6000 (Cancer) / +62 - 0822.1848.2898 (Heart) PIN Blackberry: 7E8C39F5 (GENERAL), 7EBA27CF (KANKER), 7E7C3491 (GINJAL) (Rumah Sakit Pelengkap hanya Canon Medicinae Indonesia di Bandung - Jawa Barat - INDONESIA).
Pelengkap Farmasi Rumah Sakit Team "Canon Medicinae Indonesia" - Bandung - Jawa Barat INDONESIA.